Saturday, June 4, 2011

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Klien Diabetes Melitus Tipe II Tentang Diet Diabetes Melitus Dengan Kepatuhan Diet

A.    Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang penting dan berpengaruh didalam kehidupan, karena dengan kondisi sehat setiap individu dapat mencapai tujuan dan aktivitasnya secara optimal. Kesehatan merupakan modal utama dalam melakukan suatu aktivitas. Terdapat beberapa kondisi yang mempengaruhi status kesehatan manusia salah satunya yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan dengan pola hidup sehat dan teratur yaitu penyakit diabetes melitus.
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Sudoyo, 2009). Pada diabetes melitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin menurun bahkan pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin dimana keadaan ini dapat menimbulkan peningkatan kadar glukosa dalam darah atau yang disebut hiperglikemia. Panyakit diabetes melitus ini diklasifikasikan menjadi dua yaitu; diabetes melitus tipe I atau yang disebut insulin dependent diabetes melitus (IDDM). yaitu, diabetes melitus yang tergantung pada insulin dan diabetes melitus tipe II yang dikenal dengan sebutan non-insulin dependent diabetes melitus (NIDDM) (Smeltzer, 2002).
Diantara penyakit degeneratif diabetes melitus adalah salah satu di antara penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa mendatang. Diabetes melitus telah menjadi salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes melitus diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun 2025 jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang (Sudoyo, 2009).
Data terakhir WHO menunjukan peningkatan tertinggi jumlah pasien diabetes melitus terdapat di negara asia tenggara salah satunya adalah Indonesia. Berdasarkan data Departmen kesehatan pada tahun 2000 jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia sebanyak 8,7 juta jiwa atau 1,9% dari populasi penduduk dan jumlah ini diperkirakan akan terus mengalami kenaikan menjadi 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 atau 2,8% dari populasi penduduk (Sudoyo, 2009).
Berdasarkan profil kesehatan Jawa Barat tahun 2006, prevalensi penyakit diabetes mellitus di Indonesia 1,1%. 17 provinsi mempunyai prevalensi diabetes mellitus diatas prevalensi nasional termasuk provinsi Jabar yaitu sebanyak 4,2%. ditemukan angka kematian diabetes melitus pada usia 35-44 tahun menempati urutan ke-7 sebanyak 4,45%, lalu pada usia 45-64 tahun menempati urutan ke-5 sebanyak 4.27%, dan pada usia 65 tahun ke atas menempati urutan ke-5 sebanyak 2.28%. (http://weight-loss-surgery-dallas.com. Diakses tanggal 24 maret 2011). Sedangkan, untuk daerah Kota Sukabumi menurut profil  Dinas Kesehatan Kota Sukabumi pada tahun 2010 terdapat klien diabetes melitus sebanyak 2,078 jiwa dengan rentan usia tebanyak adalah usia 45-59 tahun (DinKes Kota Sukabumi, 2010).
Berdasarkan profil kesehatan di RSUD R. Syamsudin, S.H tahun 2007 ternyata penyakit Diabetes Melitus merupakan penyakit urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin baik dirawat jalan maupun diruang rawat inap. (http://weight-loss-surgery-dallas.com. Diakses tanggal 24 maret 2011). Dan sepanjang tahun 2010 terdapat 542 klien dirawat dengan diagnosa diabetes melitus. Sedangkan 111 klien diantaranya merupakan klien diabetes melitus tipe II (Rekam Medik RSUD Syamsudin S.H., Maret, 2011)
Diabetes Melitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang mangalami peningkatan kadar gula darah (glukosa) akibat kekurangan hormon insulin secara absolut atau relatif (Almatsier, 2005). Menurut Sustrani dkk (2004) Insulin adalah hormon yang dilepaskan pankreas, yang bertanggung jawab dalam mengatur pengiriman gula yang diperlukan sel-sel tubuh sebagai sumber energy dan umumnya dibutuhkan dalam bentuk gula sederhana yang dikenal sebagai glukosa atau gula darah. Namun, sangat disayangkan bahwa banyak penderita diabetes melitus yang tidak menyadari dirinya mengidap penyakit yang lebih sering disebut penyakit gula atau kencing manis. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya informasi di masyarakat tentang diabetes melitus terutama gejala-gejalanya. Menurut Soegondo dalam Sudoyo (2009) Sebagian besar kasus diabetes melitus adalah diabetes melitus tipe II yang disebabkan oleh faktor keturunan tetapi faktor keturunan saja tidak cukup untuk menyebabkan seseorang terkena diabetes melitus karena resikonya hanya sebesar 5%, ternyata diabetes melitus tipe II lebih sering terjadi pada orang yang mengalami obesitas atau kegemukan akibat gaya hidup yang dijalaninya.
Pada umumnya, komplikasi diabetes dapat berupa gangguan yang sangat serius dan termasuk kedalam kasus gawat darurat seperti kehilangan kesadaran, hipertensi, serangan jantung, kerusakan ginjal, gangguan penglihatan serta kerusakan jaringan kulit (Sustrani dkk, 2004). Menurut Smeltzer (2002) Cara efektif yang dapat diterapkan pada pasien diabetes melitus adalah perencanaan makan, latihan, pemantauan glukosa darah, terapi dan pendidikan kesehatan. perencanaan makan yang baik adalah perencanaan makan yang disesuaikan dengan kebutuhan kalori pasien tetapi tidak meningkatkan kadar glukosa darah.
Menurut Yufi dalam (http://weight-loss-surgery-dallas.com , dikutip 29 April 2011). Diet adalah terapi utama pada DM, maka setiap penderita semestinya mempunyai sikap yang positif (mendukung) terhadap diet agar tidak terjadi komplikasi, baik akut maupun kronis. Jika penderita tidak mempunyai sikap yang positif terhadap diet DM, maka akan terjadi komplikasi dan pada akhirnya akan menimbulakna kematian. Untuk mempertahankan kualitas hidup dan menghindari komplikasi dari DM tersebut, maka setiap penderita harus menjalankan gaya hidup yang sehat, yaitu menjalankan diet DM dan olahraga yang teratur. Sikap sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan penderita tentang penyakit DM. Pengetahuan ini akan membawa penderita untuk menentukan sikap, berfikir dan berusaha untuk tidak terkena penyakit atau dapat mengurangi kondisi penyakitnya. Apabila pengetahuan penderita baik, maka sikap terhadap diet DM semestinya mendukung. Menurut Smeltzer (2002) kepatuhan pasien terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan merupakan salah satu kendala. Untuk membantu pasien dalam mengikut sertakan kebiasaan perencanaan makan yang baru dalam gaya hidupnya, maka keikutsertaanya dalam terapi perilaku, dukungan kelompok dan penyuluhan gizi yang berkelanjutan sangat dianjurkan.
Perilaku klien yang tidak mendukung kesehatan dapat diubah menjadi perilaku yang taat dalam menjalani diet, bila klien sudah mengetahui manfaat dari diet diabetes melitus maka akan timbul kesadaran dari dalam dirinya untuk melaksanakan diet diabetes melitus tersebut, perilaku seseorang untuk taat dalam menjalani diet salah satunya berhubungan dengan sejauhmana penyuluhan kesehatan yang diberikan oleh perawat mengenai pengetahuan dan keterampilan bagi pasien Diabetes melitus yang bertujuan untuk menunjang perilaku dalam meningkatkan dalam pemahaman tentang diet. Peran perawat dalam perubahan perilaku klien Diabetes Melitus adalah sebagai edukator dan konselor yang dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang diet Diabetes Melitus tipe II pada klien agar mau melakukan perubahan pada pola makannya dari yang tidak teratur menjadi diet yang terencana, pendidikan kesehatan dapat dilakukan di poliklinik atau diruang perawatan penyakit dalam.
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Instalasi rawat inap penyakit dalam RSUD R.Syamsudin S.H. dari 10 klien diabetes melitus tipe II yang diwawancarai terdapat 6 klien diabetes melitus tipe II tidak mengetahui diet yang sesuai dengan penyakit diabetes melitus tipe II. Klien mengatakan selama ini makanan yang dikonsumsi sesuai dengan menu keluarga sehari-hari dan tidak diatur berdasarkan diet Diabetes Melitus tipe II, sehingga kadar glukosa darah tidak stabil. 4 dari 10 orang responden mengetahui tentang diet Diabetes Melitus tipe II tetapi klien mengatakan dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari tidak teratur (tidak disiplin) baik jadwal, jumlah dan jenis makanan. Bahkan klien suka mengemil dengan tidak memperhatikan kandungan makanan yang diperbolehkan dalam diet dengan alasan, malas dan bosan dengan menu yang sesuai aturan sehingga kadar glukosanya tidak stabil. Hal ini di dukung pula oleh perilaku penderita diabetes terhadap makanan dan aktivitas sehari-hari yang sangat beresiko terhadap timbulnya penyakit diabetes melitus seperti kurang olah raga dan merokok. Semua faktor ini jika dihubungkan dengan faktor genetik maka akan memicu terjadinya diabetes melitus (Sudoyo, 2009).
Peneliti mengarahkan untuk memilih faktor internal yang mempengaruhi kepatuhan diet Diabetes Melitus tipe II pada klien yaitu faktor predisposisi yang terungkap didalamnya aspek pengetahuan dan sikap. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Klien Diabetes Melitus Tipe II Tentang Diet Diabetes Melitus Dengan Kepatuhan Diet Diabetes Melitus Di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Syamsudin, S.H.”.
B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, peneliti tertarik untuk meneliti antara hubungan pengetahuan dan sikap klien diabetes melitus tipe II tentang diet diabetes melitus dengan kepatuhan diet diabetes melitus di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Syamsudin,S.H..
C.     Tujuan Penelitian
1.    Tujuan Umum
Penilitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap klien diabetes melitus tipe II tentang diet diabetes melitus dengan kepatuhan diet diabetes melitus di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Syamsudin,S.H.
2.    Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a.    Mengetahui gambaran pengetahuan klien diabetes melitus tipe II di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD. R. Syamsudin S.H?
b.    Mengetahui gambaran sikap klien diabetes melitus tipe II di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD. R. Syamsudin S.H?
c.    Mengetahui gambaran kepatuhan diet klien diabetes melitus tipe II di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD. R. Syamsudin S.H?
d.   Mengetahui gambaran pengetahuan klien diabetes melitus tipe II tentang diet diabetes melitus dengan kepatuhan diet diabetes melitus di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD. R. Syamsudin S.H?
e.    Mengetahui gambaran sikap klien diabetes melitus tipe II tentang diet diabetes melitus dengan kepatuhan diet diabetes melitus di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD. R. Syamsudin S.H?
D.     Manfaat penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan hasilnya dapat memberi manfaat bagi:
1.      Peneliti
Sebagai pengalaman langsung dalam melakukan penelitian dan dapat mengaplikasikan teori yang didapat saat kuliah ke dalam praktek lapangan sesuangguhnya, dengan demikian diharapkan dapat menambah wawasan peneliti, khususnya dalam bidang ilmu keperawatan dan metodelogi penelitian.
2.      Institusi Pendidikan
Menambah informasi dan wawasan mahasiswa tentang hubungan pengetahuan dan sikap klien diabetes melitus tipe II dengan kepatuhan diet diabetes melitus tipe II. Dengan demikian, mahasiswa dapat menerapkan pentingnya diet sehat sehingga dapat diaplikasikan langsung ke lapangan praktek atau kerja untuk mengotrol kadar gula pada klien diabetes tipe II. Juga, untuk menambah referensi perpustakaan bagi mahasiswa STIKes Kota Sukabumi dan dapat dijadikan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

3.      Lahan Penelitian
Sebagai acuan dalam melaksanakan intervensi pada klien diabetes terutama kepatuhan diet diabetes melitus.
E.      Kerangka Pemikiran
Pada diabetes tipe II ini, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun sehingga keadaan ini dapat menimbulkan peningkatan kadar glukosa dalam darah atau yang disebut hiperglikemia. Dengan demikian Kepatuhan pasien terhadap prinsip gizi dan diet merupakan salah satu kendala. Untuk membantu pasien itu dalam mengikut sertakan kebiasaan diet yang baru dalam gaya hidupnya, maka keikutsertaanya dalam terapi perilaku, dukungan kelompok dan penyuluhan gizi yang berkelanjutan sangat dianjurkan (Smeltzer, 2002)
Bila klien sudah melaksanakan diet yang baik dan benar maka akan timbul kesadaran dari dalam dirinya untuk melaksanakan diet diabetes melitus tersebut, perilaku seseorang untuk taat dalam menjadi diet salah satunya berhubungan dengan sejauhmana penyuluhan kesehatan yang diberikan oleh perawat mengenai pengetahuan dan keterampilan bagi pasien Diabetes melitus yang bertujuan untuk menunjang perilaku dalam meningkatkan dalam pemahaman tentang diet. Dengan tingginya pengetahuan klien terhadap diet diabetes melitus diharapkan dapat meningkatkan sikap tentang kepedulian klien terhadap diet diabetes melitus tipe II, sehingga klien dapat mengendalikan penyakit yang dideritanya dan kompilkasi diabetes melitus dapat dicegah. Dengan demikian klien diabetes melitus diharapkan proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan cara diet yang sesuai dengan kebutuhan penderita diabetes melitus tipe II (http://weight-loss-surgery-dallas.com.Diakses tanggal 24 maret 2011).

No comments:

Post a Comment